Jejak Historis
Indonesian-English di Indonesia
Jhems Richard Hasan
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Indonesian English
Sebagai
bagian dari masyarakat yang hidup di tengah perkampungan dunia, bangsa kita
mustahil akan sanggup menutup diri dari pengaruh asing, termasuk dalam ranah
kebahasaan. Bahasa,
sepanjang masih dijadikan sebagai media komunikasi,
dengan sendirinya akan terus mengalami proses adaptasi budaya. Ia
cenderung mengikuti dinamika dan semangat zaman seiring dengan perkembangan
peradaban yang membentuknya.
Beberapa contoh kita temukan penggunaan
bahasa asing yang dikemukakan oleh para pejabat pemerintah, elit politik,
intelektual akademis, artis hingga generasi muda. Perpaduan Bahasa Indoenisa
dengan bahasa asing dikemukan sebagai sebuah pencitraan diri untuk lebih
dipandang lebih tinggi kredebilitasnya, dan mungkin saja dipandang lebih
bermatabat.
Presiden keenam Republik Indoensia,
Susilo Bambang Yudhoyono dalam beberapa pidato kenegaraan, seringkali
menggunkan perpaduan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, misalnya kata
asing option, statement, dll. Kemudian para artis selebritis Indonesia
yang tak mau kalah lagi, misalnya seperti artis Cinta Laura dan Manohara,
hingga youtuber Sacha Stevenson. Nama yang disebut terakhir, youtuber Indonesia
yang populer dengan serial “How to Act Indonesian”, secara terbuka mengajak
pengikutnya untuk belajar memadukan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.
Dalam beberapa videonya Sacha berperan jadi guru bahasa. Ia menjelaskan
dasar-dasar memadukan keunikan antara bahasa Inggris dan Indonesia yang
disebutnya dengan “Englonesian”. Sacha bahkan merekomendasikan aktris Indonesia
Cinta Laura sebagai sosok yang patut dicontoh kalau mau berbahasa Englonesian.
“Englonesian” merupakan kependekan
dari “English-Indonesian”, sebuah gaya bahasa yang cukup populer di
kalangan penutur asli Bahasa Indonesia saat ini. Salah satu yang paling
fenomenal adalah Englonesian generasi muda Jakarta Selatan. “English-Indonesian
anak Jaksel” tersebut ramai diperbincangkan publik. Penggunaan bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris yang dicampur-campur ini bahkan digunakan bakal calon Wakil
Presiden 2019/2024 Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk
sapa-menyapa di media sosial Instagram. Untuk
menegaskan bahwa hubungannya dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
baik-baik saja, Sandiaga Uno mengunggah
foto dirinya bersama seraya menulis, "Kita literally fine-fine aja kok. So, please jangan ada lagi ya yang mengadu my statement and Kang Emil di
media which is no maksud
untuk saling serang. Gimana kang @ridwankamil, bahasanya udah cukup jaksel
belum?"
Englonesian ini pun menimbulkan pro dan
kontra. Di satu sisi, ada yang menganggap penggunaan gaya bahasa tersebut wajar
karena menunjukkan fleksibilitas bahasa sebagai media berkomunikasi. Namun di
sisi lain, kebiasaan berbahasa campur-campur memiliki dampak negatif, baik bagi
si pengguna maupun kawan bicaranya. Kalimat/ ungkapan sehari-hari yang mestinya
diucap dengan bahasan Indoensia yang utuh, justru dipadukan dengan bahasa
Inggris yang menjadikan kalimat tersebut menjadi “salah”, baik dalam bahasa
Inggris maupun bahasan Indoensia. Akhirnya tujuan yang ingin disampaikan oleh
pembicara tidak akan bisa dimaknai secara mendalam oleh pendengar yang kemudian
mengakibatkan kerugian karena duanya tidak menghasilkan apa-apa selain
komunikasi yang sia-sia.
Tidak hanya di Indoensia, fenomena campur
aduk bahasa Inggris dan bahasa ibu negara tertentu juga terjadi di beberapa
kawasan. Di bekas wilayah jajahan persemakmuran Inggris semisal Singapura,
akulturasi dua bahasa yang kemudian disebut Singlish, juga terjadi dan bahkan
telah mengakar lama. Akar Singlish berasal dari pemerintahan kolonial Inggris
selama 146 tahun (1819-1965) atas Singapura. Kedatangan Inggris dan pendirian
sekolah berbahasa Inggris di Singapura merembes
keluar dari sekolah dan masuk ke jalan-jalan, lalu diambil oleh pembicara
non-Inggris sehingga Singlish itu
menjadi terbentuk sepenuhnya, stabil, dan bermetaformosis dalam bahasa kreol
berbasis bahasa Inggris yang mandiri.
The History of Englonesian
Meski tidak sepanjang Singlish, historis
Englonesian mempunyai embrio sejarah yang berliku dan rumit digali akar
mulanya. Tapi jejak historis Englonesian yang hampir serupa dengan akulturasi
bahasa yang terjadi di Singapura
memungkinkan terbukanya simpul sejarahnya. Dominasi bahasa Inggris atas
bahasa negara lainnya di kancah internasional menjadi pemicu utama lahirnya
Englonesian dan beberapa bahasa akulurasi lainnya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Dr.
John O’Regan, Ph.D saat menjadi pembicara pada kuliah umum perdana Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta 2019 silam, bahwa penggunaan Bahasa Inggris dalam beberapa
kejadian bersejarah Indonesia, seperti di Konferensi Bandung 1955 bisa jadi
pemicu dimulainya translanguaging, superdiversity, dan translingualism yang mengerucut
pada lahirnya bahasa Inggris versi baru Indonesia; Englonesian.
Selain itu, lingkungan dan pembangunan
wilayah tertentu yang dihuni oleh masyarakat menengah ke atas menjadi salah
satu faktor berkembangnya Englonesian dalam berkomunikasi. Faktor adanya
bahasa-bahasa yang berdampingan, yang digunakan secara simultan oleh masyarakat
menengah atas tadi membuat pencampuran bahasa itu sangat mungkin terjadi. Di
Jakarta Selatan misalnya, dominasi bahasa Inggris oleh masyarakat menengah atas
berbaur dengan generasi muda dengan memori yang kuat membuat komunitas itu
punya tempat dengan kata yang sama namun maknanya bisa berbeda atau sebaliknya,
atau makna sama namun kata-katanya yang berbeda. Hal inilah yang kemudian oleh John
O’Regan diterangkan sebagai Englonesian yang terlahir dari kearifan lokal.
Englonesian yang terlahir dari kearifan
lokal tidak hanya bermula dari interaksi sosial saja. Aktifitas ekonomi yang
tidak dapat dipungkiri dalam komunitas mayarakat memungkinkan lahirnya
Englonesian. Di Bali, karena banyaknya turis asing yang dianggap sebagai sumber
pendapatan memaksa penduduk lokal membiasakan dirinya untuk berkomunikasi
transaksi jual beli dalam bahasa Inggris. “Buy
me sir”, “Pliis shoping madam. Dis wan iys feri chiip. Fo yu sepesial prais … ”
adalah beberapa contoh kasus Englonesian yang terjadi disana.
Sialnya, masyarakat mengapresiasi baik
fenomena yang tidak baik ini. Masyarakat Indonesia kebanyakan akan mudah dibuai
dan merasa yakin jika mendengar selipan-selipan bahasa Inggris yang meskipun
bahasa tersebut menyalahi tata bahasanya. Englonesian adalah wujud dari makin
tingginya tantangan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di masa yang akan datang. Englonesian juga merupakan
bukti makin redupnya semangat generasi muda dalam memiliki bahasa Indonesia.
Sumber Bacaan
Arifin, Y. (2018). Bukan sekadar persoalan bahasa campur-campur. Retrieved from https://kumparan.com/yusuf-arifin/bukan-sekadar-persoalan-bahasa-campur-campur-1537416115369112452
Bahasaplease. (2005). Festival Film Indonesia. Retrieved from http://bahasaplease.blogspot.com/2013/06/festival-film-indonenglish.html
Muhayat, I. (2015). Cas, cis, cus Inggris-Ria, pedagang asong di pantai Kuta-Bali.
Retrieved from https://www.kompasiana.com/imammuhayat/54f95453a33311b77f8b4b95/cas-cis-cus-inggrisria-pedagang-asong-di-pantai-kutabali
Kolaborasi. (2018). Campur-campur bahasa like anak Jaksel. Retrieved from https://kumparan.com/kolaborasi/campur-campur-bahasa-like-anak-jaksel-1537274339512115512
Bali.com. Language spoken in Bali. Retrieved from https://www.bali.com/bali-languages-translation.html
Stevenson, S. (2018) Englonesian, bahasa untuk si kurang paham Inggris dan Indonesia.
Retrieved from https://kumparan.com/sacha-stevenson/englonesian-bahasa-untuk-si-kurang-paham-inggris-dan-indonesia-1537189015081024260
Pascasarjana UNJ. (2017). English as a global language, part II: or
congratulations! You sudah jago speak englonesian. Retrieved from http://pps.unj.ac.id/english-as-a-global-language-part-ii-or-congratulations-you-sudah-jago-speak-in-englonesian-dr-john-oregan-university-of-college-london/
UNJ. (2019). Englonesian, English language standard with local wishdom.
Retrieved from http://www.unj.ac.id/en/englonesian-standar-bahasa-inggris-dengan-kearifan-lokal/
queen casino injapan
ReplyDeletequeen casino, baccarat, roulette, craps, poker, craps, craps, roulette, craps, craps, craps, craps, craps, craps, craps, カジノ シークレット craps, happyluke craps, クイーンカジノ craps, craps, craps,
Try Free Slots. ทดลอง เล่น สล็อต pg
ReplyDeleteTry Free Slots. ทดลอง เล่น สล็อต pg
Try Free Slots. ทดลอง เล่น สล็อต mega
Information technology (IT) has become an integral part of modern human life, not only for communication and entertainment but also as a source of information. It offers numerous benefits such as accessibility, speed, variety, accuracy, and reliability. However, it also has limitations such as being scattered, ambiguous, and prone to errors. To effectively use IT, it is essential to have clear content on its usage, such as web sites, applications, or other IT tools.Virginia motorcycle accident lawyer
ReplyDeleteThis blog post is a fascinating exploration of the evolving linguistic landscape in Indonesia. Union County driving without a license lawyer It provides valuable insights into the phenomenon of Englonesian and its historical roots. The author's research and examples are well-presented and thought-provoking. Monmouth County Trespassing Lawyer I appreciate the in-depth analysis, which sheds light on the complex interplay of language and culture in our globalized world. Great job New Jersey Expunge Order of Protection
ReplyDelete