Video Blended Learning

Wednesday, November 13, 2019

Jejak Historis Indonesian-English di Indonesia


Jejak Historis Indonesian-English di Indonesia
Jhems Richard Hasan
IAIN Sultan Amai Gorontalo

Indonesian English
Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di tengah perkampungan dunia, bangsa kita mustahil akan sanggup menutup diri dari pengaruh asing, termasuk dalam ranah kebahasaan. Bahasa, sepanjang masih dijadikan sebagai media komunikasi, dengan sendirinya akan terus mengalami proses adaptasi budaya. Ia cenderung mengikuti dinamika dan semangat zaman seiring dengan perkembangan peradaban yang membentuknya.
Beberapa contoh kita temukan penggunaan bahasa asing yang dikemukakan oleh para pejabat pemerintah, elit politik, intelektual akademis, artis hingga generasi muda. Perpaduan Bahasa Indoenisa dengan bahasa asing dikemukan sebagai sebuah pencitraan diri untuk lebih dipandang lebih tinggi kredebilitasnya, dan mungkin saja dipandang lebih bermatabat.
Presiden keenam Republik Indoensia, Susilo Bambang Yudhoyono dalam beberapa pidato kenegaraan, seringkali menggunkan perpaduan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, misalnya kata asing option, statement, dll. Kemudian para artis selebritis Indonesia yang tak mau kalah lagi, misalnya seperti artis Cinta Laura dan Manohara, hingga youtuber Sacha Stevenson. Nama yang disebut terakhir, youtuber Indonesia yang populer dengan serial “How to Act Indonesian”, secara terbuka mengajak pengikutnya untuk belajar memadukan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam beberapa videonya Sacha berperan jadi guru bahasa. Ia menjelaskan dasar-dasar memadukan keunikan antara bahasa Inggris dan Indonesia yang disebutnya dengan “Englonesian”. Sacha bahkan merekomendasikan aktris Indonesia Cinta Laura sebagai sosok yang patut dicontoh kalau mau berbahasa Englonesian.
“Englonesian” merupakan kependekan dari “English-Indonesian”, sebuah gaya bahasa yang cukup populer di kalangan penutur asli Bahasa Indonesia saat ini. Salah satu yang paling fenomenal adalah Englonesian generasi muda Jakarta Selatan. “English-Indonesian anak Jaksel” tersebut ramai diperbincangkan publik. Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dicampur-campur ini bahkan digunakan bakal calon Wakil Presiden 2019/2024 Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk sapa-menyapa di media sosial Instagram. Untuk menegaskan bahwa hubungannya dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil baik-baik saja, Sandiaga Uno  mengunggah foto dirinya bersama seraya menulis, "Kita literally fine-fine aja kok. So, please jangan ada lagi ya yang mengadu my statement and Kang Emil di media which is no maksud untuk saling serang. Gimana kang @ridwankamil, bahasanya udah cukup jaksel belum?"
Englonesian ini pun menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, ada yang menganggap penggunaan gaya bahasa tersebut wajar karena menunjukkan fleksibilitas bahasa sebagai media berkomunikasi. Namun di sisi lain, kebiasaan berbahasa campur-campur memiliki dampak negatif, baik bagi si pengguna maupun kawan bicaranya. Kalimat/ ungkapan sehari-hari yang mestinya diucap dengan bahasan Indoensia yang utuh, justru dipadukan dengan bahasa Inggris yang menjadikan kalimat tersebut menjadi “salah”, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasan Indoensia. Akhirnya tujuan yang ingin disampaikan oleh pembicara tidak akan bisa dimaknai secara mendalam oleh pendengar yang kemudian mengakibatkan kerugian karena duanya tidak menghasilkan apa-apa selain komunikasi yang sia-sia.
Tidak hanya di Indoensia, fenomena campur aduk bahasa Inggris dan bahasa ibu negara tertentu juga terjadi di beberapa kawasan. Di bekas wilayah jajahan persemakmuran Inggris semisal Singapura, akulturasi dua bahasa yang kemudian disebut Singlish, juga terjadi dan bahkan telah mengakar lama. Akar Singlish berasal dari pemerintahan kolonial Inggris selama 146 tahun (1819-1965) atas Singapura. Kedatangan Inggris dan pendirian sekolah berbahasa Inggris di Singapura merembes keluar dari sekolah dan masuk ke jalan-jalan, lalu diambil oleh pembicara non-Inggris sehingga Singlish  itu menjadi terbentuk sepenuhnya, stabil, dan bermetaformosis dalam bahasa kreol berbasis bahasa Inggris yang mandiri.
The History of Englonesian
Meski tidak sepanjang Singlish, historis Englonesian mempunyai embrio sejarah yang berliku dan rumit digali akar mulanya. Tapi jejak historis Englonesian yang hampir serupa dengan akulturasi bahasa yang terjadi di Singapura  memungkinkan terbukanya simpul sejarahnya. Dominasi bahasa Inggris atas bahasa negara lainnya di kancah internasional menjadi pemicu utama lahirnya Englonesian dan beberapa bahasa akulurasi lainnya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Dr. John O’Regan, Ph.D saat menjadi pembicara pada kuliah umum perdana Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta 2019 silam, bahwa penggunaan Bahasa Inggris dalam beberapa kejadian bersejarah Indonesia, seperti di Konferensi Bandung 1955 bisa jadi pemicu dimulainya translanguagingsuperdiversity, dan translingualism yang mengerucut pada lahirnya bahasa Inggris versi baru Indonesia; Englonesian.
Selain itu, lingkungan dan pembangunan wilayah tertentu yang dihuni oleh masyarakat menengah ke atas menjadi salah satu faktor berkembangnya Englonesian dalam berkomunikasi. Faktor adanya bahasa-bahasa yang berdampingan, yang digunakan secara simultan oleh masyarakat menengah atas tadi membuat pencampuran bahasa itu sangat mungkin terjadi. Di Jakarta Selatan misalnya, dominasi bahasa Inggris oleh masyarakat menengah atas berbaur dengan generasi muda dengan memori yang kuat membuat komunitas itu punya tempat dengan kata yang sama namun maknanya bisa berbeda atau sebaliknya, atau makna sama namun kata-katanya yang berbeda. Hal inilah yang kemudian oleh John O’Regan diterangkan sebagai Englonesian yang terlahir dari kearifan lokal.
Englonesian yang terlahir dari kearifan lokal tidak hanya bermula dari interaksi sosial saja. Aktifitas ekonomi yang tidak dapat dipungkiri dalam komunitas mayarakat memungkinkan lahirnya Englonesian. Di Bali, karena banyaknya turis asing yang dianggap sebagai sumber pendapatan memaksa penduduk lokal membiasakan dirinya untuk berkomunikasi transaksi jual beli dalam bahasa Inggris. “Buy me sir”, “Pliis shoping madam. Dis wan iys feri chiip. Fo yu sepesial prais … ” adalah beberapa contoh kasus Englonesian yang terjadi disana.
Sialnya, masyarakat mengapresiasi baik fenomena yang tidak baik ini. Masyarakat Indonesia kebanyakan akan mudah dibuai dan merasa yakin jika mendengar selipan-selipan bahasa Inggris yang meskipun bahasa tersebut menyalahi tata bahasanya. Englonesian adalah wujud dari makin tingginya tantangan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di masa yang akan datang. Englonesian juga merupakan bukti makin redupnya semangat generasi muda dalam memiliki bahasa Indonesia.  
Sumber Bacaan
Arifin, Y. (2018). Bukan sekadar persoalan bahasa campur-campur. Retrieved from https://kumparan.com/yusuf-arifin/bukan-sekadar-persoalan-bahasa-campur-campur-1537416115369112452
Bahasaplease. (2005). Festival Film Indonesia. Retrieved from http://bahasaplease.blogspot.com/2013/06/festival-film-indonenglish.html
Muhayat, I. (2015). Cas, cis, cus Inggris-Ria, pedagang asong di pantai Kuta-Bali. Retrieved from https://www.kompasiana.com/imammuhayat/54f95453a33311b77f8b4b95/cas-cis-cus-inggrisria-pedagang-asong-di-pantai-kutabali
Kolaborasi. (2018). Campur-campur bahasa like anak Jaksel. Retrieved from https://kumparan.com/kolaborasi/campur-campur-bahasa-like-anak-jaksel-1537274339512115512
Bali.com. Language spoken in Bali. Retrieved from https://www.bali.com/bali-languages-translation.html
Stevenson, S. (2018) Englonesian, bahasa untuk si kurang paham Inggris dan Indonesia. Retrieved from https://kumparan.com/sacha-stevenson/englonesian-bahasa-untuk-si-kurang-paham-inggris-dan-indonesia-1537189015081024260
Pascasarjana UNJ. (2017). English as a global language, part II: or congratulations! You sudah jago speak englonesian. Retrieved from http://pps.unj.ac.id/english-as-a-global-language-part-ii-or-congratulations-you-sudah-jago-speak-in-englonesian-dr-john-oregan-university-of-college-london/
UNJ. (2019). Englonesian, English language standard with local wishdom. Retrieved from http://www.unj.ac.id/en/englonesian-standar-bahasa-inggris-dengan-kearifan-lokal/

5 comments:

  1. queen casino injapan
    queen casino, baccarat, roulette, craps, poker, craps, craps, roulette, craps, craps, craps, craps, craps, craps, craps, カジノ シークレット craps, happyluke craps, クイーンカジノ craps, craps, craps,

    ReplyDelete
  2. Information technology (IT) has become an integral part of modern human life, not only for communication and entertainment but also as a source of information. It offers numerous benefits such as accessibility, speed, variety, accuracy, and reliability. However, it also has limitations such as being scattered, ambiguous, and prone to errors. To effectively use IT, it is essential to have clear content on its usage, such as web sites, applications, or other IT tools.Virginia motorcycle accident lawyer

    ReplyDelete
  3. This blog post is a fascinating exploration of the evolving linguistic landscape in Indonesia. Union County driving without a license lawyer It provides valuable insights into the phenomenon of Englonesian and its historical roots. The author's research and examples are well-presented and thought-provoking. Monmouth County Trespassing Lawyer I appreciate the in-depth analysis, which sheds light on the complex interplay of language and culture in our globalized world. Great job New Jersey Expunge Order of Protection

    ReplyDelete
  4. "Historical Traces of Indonesian-English in Indonesia" offers a fascinating exploration of the intertwined linguistic heritage between English and Indonesian within the archipelago. From the colonial era to the present day, this review delves into the historical context of language contact and exchange, highlighting the various influences that have shaped the Indonesian-English linguistic landscape over time. From the introduction of English words into Bahasa Indonesia during the Dutch colonial period to the modern-day impact of globalization and technology, this review sheds light on the dynamic evolution of language in Indonesia. With insightful analysis and engaging narratives, "Historical Traces of Indonesian-English in Indonesia" provides valuable insights into the rich linguistic tapestry of the nation, showcasing the enduring legacy of cultural exchange and diversity in Southeast Asia.
    Divorce Lawyers Fairfax VA
    Fairfax Divorce Lawyer

    ReplyDelete